Senin, 17 Desember 2012

tulisan 1 (kebudayaan papua)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia, adalah negara yang kita cintai. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau Mianggas sampai ke Pulau Rote, memiliki keindahan yang dangat menakjubkan. Keragaman budaya, bahasa, dan suku bangsa serta kekayaan flora dan fauna, maupun makanan Nusantara mengundang kekaguman bagi siapa saja yang melihatnya. Begitu melimpahnya sumber daya alam dan budaya yang memukau sehingga tak sedikit juga dari beragamnya alam dan kebudayaan tersebut yang belum kita ketahui.
Ambillah contoh tanah paling Timur Indonesia ini, tanah Papua. Di tanah Papua banyak tersimpan misteri, mulai dari hutan yang alami, puncak gunung yang bersalju, pantai yang membentang luas dari rawa menghijau, padang rumput yang sejuk, sungai berkelok, dan masyarakatnya yang ramah menjadikan Papua sebagai salah satu aset sumber daya alam, manusia, juga tempat pariwisata yang patut diperkenalkan dan dipelihara sebaik-baiknya.

1.2  Tujuan
Tujuan dari penulidan ini :
1.      Menyeesaikan tugas softskill
2.      Memperkenalkan kembali tanah Papua









BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Papua Indonesia
Sejak ratusan tahun lalu tanah Papua sudah mencuri hati bangsa-bangsa dunia. Di dalam catatan para penjelajah dunia tanah Papua disebut sebagai Pulau Emas. Bangsa-bangsa Eropa yang sewaktu itu datang ke Nusantara untul mencari rempah-rempah dan logam mulia salah satunya di tanah Papua ini. Tak melulu para pelaut dan penjelajah yang datang ke Papua para peniliti pun ikut berdatangan yang akhirnya mendatangkan Freeport di tanah Papua.
Ekspedisi-ekspedisi bangsa Eropa membuktikan bahwa Papua adlah Pulau Emas. Bukan hanya emas dan kekayaan alam lainnya yang dimiliki Papua, tetapi orang-orang yang mendiami Papua juga mencuri perhatian. Bangsa Melesiana ini memiliki ratusan suku dan bangsa, adta istiadat yang selalu berkaitan dengan alam, serta memiliki bentk seni seperti ukir, tari, dan lagu yang memukau. Mereka hidup dipinggir pantai, rawa, hutan, lembah, dan juga gunung. Mereka hidup berkelompok dan memiliki cara adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda satu sama lain.
Tanah Papua Indonesia memilik banyak nama diantaranya Nueva Guinea, Nederland Nueva Guinea, Irian Barat, dan Irian Jaya. Nama-nama tersebut mewakili zaman dan perkembangannyamasing-masing.

2.2  Kondisi Geografis
Pulau Papua merupakan pulau terbesar kedua dunia setelah Greenland. Bagian timur pulau merupakan negara papua New Guinea dan sebelah barat pulau adlah bagian dari negara Indonesia. Tanah Papua Indonesia terbagi menjadi dua provinsi yakni Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Secara umum kedua provinsi yang berada dipaling timur Indonesia ini memiliki toprografi yang bervariasi: dataran rendah berawa, dataran tinggi masih dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput, dan lembah dengan lang-alangnya. Di bagian tengah tanah Papua tegak berdiri dan berjejer rangakaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah satu puncaknya, Puncak Jayawijaya, masih berselimut salju abadi.
Topografi yang lengkap ini membuat iklim di Papua sangat bervariasi, melebihi daerah Indonesia lainnya. Provinsi Papua Baratdengan luas 115.363,50 km² berada pada koordinat antara 0°-4° Lintang selatan dan 124°-132° Garis Bujur Timur. Berada tepat di bawah gari khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Provinsi Papua berbatasan dengan laut Pasifik, sebelah selatan berbatsan dengan Laut Banda dan Provinsi Maluku. Sebelah barat berbatsan dengan Laut Seram dan Provinsi Maluku dan sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Papua.
Provinsi Papua memliki luas 317.062 km² atau 17,04 persen dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²). Provinsi ini merupakan provinsi dengan wilayah terluas di Indonesia. Terletak antara 2°25ʾ-9° Lintang Selatan dan 130°-140° Bujur Timur. Pada bagian utara berbatasan dengan Samudra Pasifik, di bagian selatan berbatasan dengan Laut Arafuru. Sebelah barat dan timur berbatasan dengan negara Papua Nugini.

2.3  Mata Pencaharian Hidup
Secara umum mata pencaharian orang Papua sehari-hari berasal dari berladang, berburu, berternak, menangkap ikan, dan meramu sagu. Namun tak sedikit juga dari mereka yang bermata pencaharian dengan berdagang, menjadi pegawai negeri sipil, menjadi karyawan perusahaan, dan sebagainya.

2.4  Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia dibangun dari keseluruhan sistem gagasan, kebiasaan atau tindakan, dan hasil katya manusia baik secara turun menurun maupun alamiah yang terjadi dengan spontan. Begitulah kebudayaan di tanah Papua. Karakteristik banguna ruma, cara memasak, tata cara pesta adat, juga pandangan hidup serta hubungan antaara masyarakat di Papua telah menyedot perhatian dunia.
Banyak kebudayaan di Papua yang bisa kita lihat mulai dari aktivitas sehari-harinya yang banyak menggunakan acara adat, rumah-rumah trodisional, seni pertunjukkan tradisional, pakaian, dan makanan khas tanah Papua yang beraneka ragam.
2.4.1        Rumah Tradisional Papua
Bentuk-bentuk rumah orang Papua jhas dab beraneka agam. Ada yang bundar, rumah panggung, dan ada  juga yang bertnegger di atas pohon. Bentuk rumah disesuiakan dengan iklim lokal, flora, fauna, dan pola kehidupan setiap suku.
Rumah-rumah tersebut tak hanya dilihat dari wujudnya, tapi juga dilihat dari hubungan antara prnghuni dan rumah. Apa yang bisa diberikan rumah kepada penghuni dan apa yang bisa dilakukan penghuni kepada rumah. Ini adalah beberapa cimtoh rumah tradisional Papua :
1.      Rumah Honai
Rumah Suku Dani memiliki arsitektur yang berfungsi menangkis hawa dingin dan tiupan angin kencang di Lembah Baliem. Tinggi rumahnya rata-rata 2,5-5 meter dengan diameter 4-6 meter. Rumah ini menampung 5-10 orang. Rumah Honai yang seperti batok kelapa itu mengikat tali persaudaraan yang kuat, menunjukkan kesatuan hati, dan semangat menjaga satu sama lain. Rumah yang menggambarkan simbol kepribadian dan martabat Suku Dani.
2.      Rumah Kariwari
Suku Tobati mendiami daerah pesisir teluk Yotefa yang berada di Teluk Humboldt, Papua. Rumah-rumah mereka mereka dibangun sejajar saling berhadapan. Rumah adat ini tidak mempunyai pembatas ruangan. Selain untuk tempat penyelenggaraan pesta, rumah ini juga berfungsi untuk inisiasi atau proses pendewasaan anak laki-laki dan tempat menyimpan benda pusaka.
3.      Rumah Jew
Rumah tempat penyelanggaraan upacara adat Suku Asmat disebut Jew atau rumah bujang. Rumah Jew memiliki banyak pintu. Jumlahnya sama dengan patung Bis, patung leluhur masing-masing rumpun suku, dan tungku api. Suku Asmat percaya bahwa patung-patung ini akan menjaga mereka dari pengaruh jahat.
2.4.2        Sistem Kepercayaan
 Orang-orang Papua percaya bahwa alam memiliki penunggu yang memiliki sifat baik dan jahat. Mereka juga percaya pada kekuatan roh leluhur (animisme). Kepercayaan yang kuat terhadap kehadiran roh inilah yang membuat setiap suku mempercayai adanya tempat kermat atau daerah larangan yang tidak bisa dikunjungi.
Seluruh sistem kepercayaan diwariskan secara turun-temurun ke anak cucu. Lewat upacara adat persembahan, seni, perkawinan, dan sebagainya. Kedatangan agama Kristen, Islam, Budha, dan Hindu di Papua yang belakangan dibawa oleh pendatang memberikan pandanga n bebeda mengenai konsep Sang Pencipta.

2.4.3        Suku-suku Tanah Papua
Papua memiliki sekitar 250 suku dengan kebuadayaan yang berbeda-beda. Ratusan suku itu hidup di kawasan terpenting di dunia, Puncak Cartensz yang memiliki salju abadi. Di hutan belantara Pegunungan Tengah yang menjadi paru-paru dunia, juga di segitiga terumbu karang dunia, Raja Ampat. Mereka juga hidup di tengah kota yang penuh gemerlap cahaya atau di desa. Ini adalah dua suku terbesar di tanah Papua.
1.      Suku Dani
Suku Dani adalah nama bagi sekelompok orang yang tinggal bersama di daerah bukit Baliem, Pulau Papua. Namun orang Suku Dani sendiri lebih suka menyebut dirinya sebagai Suku Parim. Kepercayaan Suku Dani menganut konsep yang dinamakan Atou. Artinya adalah segala kesaktian yang dipunya oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada kaum lelaki.
Untuk memberi penghormatan pada arwah leluhur, suku Dani menciptakan lambang untuk mereka sendiri yang dinamakan dengan Kaneka. Fungsi Kaneka ini adalah dipakai atau dimunculkan ketika sedang diselenggarakan upacara tradisi yang bersifat keagamaan untuk membuat semua anggota masyarakat bisa sejahtera serta sebagai simbol ketika akan memulai perang dan mengakhirinya.
Budaya suku Dani dalam menjalani hubungan antar masyarakat menggunakan sistem yang terbagi dalam tiga jenis tingkat hubungan kekeluargaan, yaitu :
1.      Hubungan kekeluargaan yang paling kecil. Meliputi sebuah kumpulan yang terdiri dari dua sampai tiga keluarga yang secara bersama-sama tinggal di sebuah komplek yang ditutup dengan pagar. Sistem ini dinamakan ukul atau klan yang kecil.
2.      Hubungan antar suku Dani yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok ukul. Hubungan ini diberi nama ukul oak atau ukul besar.
3.      Hubungan teritorial, yaitu kesatuan dari teritorial paling kecil suku Dani. Merupakan gabungan dari ukul besar yang diberi nama uma. Kelompok ini      selalu dipimpin oleh laki-laki.

Sistem Politik dan KemasyarakatanMasyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupanmasyarakat Dani memiliki ciriciri sebagai berikut :

·         Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong

·          Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpinoleh seorang penata adat atau kepala suku

Suku Dani memiliki semacam organisasi yang diketuai oleh kepala suku. Kepala suku tersebut dipilih secara turun-temurun dengan sebutan Ap Kain. Untuk menjalankan tugasnya, Ap Kain dibantu oleh tiga kepala suku yang lain di bawah kedudukannya. Mereka ini mendapat julukan Ap Menteg, Ap Horeg dan Ap Ubaik. Tugas mereka adalah mengurus perawatan kebun dan binatang ternak babi. Selain itu juga menjadi penengah sekaligus hakim ketika ada perselisihan antar suku Dani. Walaupun dipilih secara keturunan seorang  kepala suku di Suku Dani harus mempunyai syarat-syarat tertentu agar dapat menajalankan tugasnya dengan baik. Ada tiga sub bahasa di dalam Suku Dani :
1.      Sub keluarga Wano
2.      Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa.
3.      Sub keluarga Nggalik & ndash; DugawaSelain itu juga bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Irian(secara umum)
Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman,seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege.
Sistem Ekonomi Nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan manusia yangsangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu barumulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas.
Inovasi yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangatsederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang. Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berladang.

2.      Suku Asmat
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal diantara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia. Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen atau motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk Suku Asmat  adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornament atau motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya
Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm. Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli Suku Asmat, mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohondisekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka.
Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya,terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup tradisional dan sederhana. Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan
Sistem Politik  yang dilaksanakan di Suku Asmat yaitu dengan Struktur Paruh Masyarakat Masyarakat. Asmat mengenal struktur paruh masyarakat (aipem) agar dapat saling mengawasi dan saling bersaing untuk meningkatkan kualitas masyarakat.  Pemimpin Suku Asmat sederajat dengan warga lain tapi harus lebih pandai & ahli dalam pekerjaan atau aktivitas sosial tertentu.
Sistem Ekonomi Suku Asmat adalah meramu sagu dan berburu binatang. Sedangakan Suku Asmat yang ada di pedalaman bermata pencaharian perkebunan. Transaksi menggunakan sistem barter (tukar-menukar barang). Adapun kesenian  utama yang ada di Suku Asmat adalah patung, topeng, tombak & penokak sagu yg dihiasdengan warna putih, merah, dan  hitam. Aneka gaya kesenian Asmat berdasarkan bentuk & warna perhiasan MBIS & perisai itu di klasifikasikan dalam 4 daerah:
·         Gaya seni Asmat hilir & hulu sungai yg mengalir kedalam Teluk Flamingo dan arah Pantai Kaswarima.
·         Gaya seni Asmat barat laut.
·         Gaya seni Asmat timur laut.
·         Gaya seni Asmat daerah Sungai Brazza
 Setiap gaya memiliki makna berbeda-beda sesuai dengan keyakinan nenek moyangnya
Sistem Religi dan Kepercayaan Suku Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan Dewa yg turun dari seberang laut, tempat matahari terbenam. Berdasarkan metologi masyarakat yang berdiam di Teluk Flamingo Dewa itu bernama “FUMERIPITIS”. Dewa tersebut membuat rumah YEW, mengukir dua patung indah, membuat gendering yang kuat bunyinya untuk menari tanpa henti yang mempunyai kekuatan sakti yang dapat menghidupkan, patung tersebut menjadi pasangan manusia pertama yaitu nenek moyang masyarakat Asmat. Tempat tinggal roh terbagi menjadi 2, yaitu :
1.      YI-OW adalah roh nenek moyang yg bersifat baik terutama padaketurunannya. Roh YI-OW menjaga hutan-hutan, sagu, danau, sungai.
2.      OSBOPAN adalah roh-roh jahat yg membawa penyakit dan bencana.Beberapa upacara yg berhubungan dengan penghormatan roh nenek moyang :
·         MBISMBU adalah upacara pembuatan MBIS (patung nenek moyang ygdibunuh.)
·         YENTPOKMBU adalah upacara pembuatan dan pengukuhan rumahYEW.
·         TSYMBU adalah upacara dan pengukuhan perahu lesung.
·         YAMASY POKUMBU adalah upacara perisai.
·         MBIPOK KUMBU adalah upacara topeng .
Sistem Kekerabatan dan Keluarga bersifat monogami (pernikahan satu pasangan). Kadang-kadang bersifat poligini (banyak istri). Mereka tinggal bersama dalam rumah panggung kecil berukuran 3m x 5m x 4m yg dinamakan Tsysem.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini adlah banyaknya ragam budaya di Indonesia terlebih di tanah Papua yang belum kita ketahui seutuhnya. Masih banyak kekayaan alam, budaya, dan lain-lain di tanah Papua yang dapat diangakat dan diperkenalkan kepada dunia.
Dari kebudayaan-kebudayaan tersebut kita juga dapat mengambil beberapa poin penting untuk kita jalani dikehidupan sehari-hari kita. Ada pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak saying” maka dari itu kita harus mengenal lebih dalam kebudayaan di Indonesia agar dapat memeliharanya dengan baik.
           
            3.2 Saran
·         Kenali budaya Indonesia lebih baik agar dapat menjaganya lebih baik pula
·         Kembangkan potensi diri agar dapat berpartisipasi dalam memperkenalkan budaya-budaya Indonesia
·         Ambillah pelajaran yang baik-baik dari kebudayaan-kebudayaan tersebut agar kita makin cinta dengan kebudayaan bangsa kita sendiri.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar