BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia, adalah
negara yang kita cintai. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau
Mianggas sampai ke Pulau Rote, memiliki keindahan yang dangat menakjubkan.
Keragaman budaya, bahasa, dan suku bangsa serta kekayaan flora dan fauna,
maupun makanan Nusantara mengundang kekaguman bagi siapa saja yang melihatnya.
Begitu melimpahnya sumber daya alam dan budaya yang memukau sehingga tak
sedikit juga dari beragamnya alam dan kebudayaan tersebut yang belum kita ketahui.
Ambillah contoh
tanah paling Timur Indonesia ini, tanah Papua. Di tanah Papua banyak tersimpan
misteri, mulai dari hutan yang alami, puncak gunung yang bersalju, pantai yang
membentang luas dari rawa menghijau, padang rumput yang sejuk, sungai berkelok,
dan masyarakatnya yang ramah menjadikan Papua sebagai salah satu aset sumber
daya alam, manusia, juga tempat pariwisata yang patut diperkenalkan dan
dipelihara sebaik-baiknya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari
penulidan ini :
1.
Menyeesaikan
tugas softskill
2.
Memperkenalkan
kembali tanah Papua
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Papua Indonesia
Sejak ratusan tahun
lalu tanah Papua sudah mencuri hati bangsa-bangsa dunia. Di dalam catatan para
penjelajah dunia tanah Papua disebut sebagai Pulau Emas. Bangsa-bangsa Eropa
yang sewaktu itu datang ke Nusantara untul mencari rempah-rempah dan logam
mulia salah satunya di tanah Papua ini. Tak melulu para pelaut dan penjelajah
yang datang ke Papua para peniliti pun ikut berdatangan yang akhirnya
mendatangkan Freeport di tanah Papua.
Ekspedisi-ekspedisi
bangsa Eropa membuktikan bahwa Papua adlah Pulau Emas. Bukan hanya emas dan
kekayaan alam lainnya yang dimiliki Papua, tetapi orang-orang yang mendiami
Papua juga mencuri perhatian. Bangsa Melesiana ini memiliki ratusan suku dan
bangsa, adta istiadat yang selalu berkaitan dengan alam, serta memiliki bentk
seni seperti ukir, tari, dan lagu yang memukau. Mereka hidup dipinggir pantai,
rawa, hutan, lembah, dan juga gunung. Mereka hidup berkelompok dan memiliki
cara adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda satu sama lain.
Tanah Papua
Indonesia memilik banyak nama diantaranya Nueva Guinea, Nederland Nueva Guinea,
Irian Barat, dan Irian Jaya. Nama-nama tersebut mewakili zaman dan
perkembangannyamasing-masing.
2.2 Kondisi Geografis
Pulau Papua merupakan pulau terbesar kedua dunia setelah
Greenland. Bagian timur pulau merupakan negara papua New Guinea dan sebelah
barat pulau adlah bagian dari negara Indonesia. Tanah Papua Indonesia terbagi
menjadi dua provinsi yakni Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Secara umum
kedua provinsi yang berada dipaling timur Indonesia ini memiliki toprografi
yang bervariasi: dataran rendah berawa, dataran tinggi masih dipadati dengan
hutan hujan tropis, padang rumput, dan lembah dengan lang-alangnya. Di bagian
tengah tanah Papua tegak berdiri dan berjejer rangakaian pegunungan tinggi
sepanjang 650 km. Salah satu puncaknya, Puncak Jayawijaya, masih berselimut
salju abadi.
Topografi yang lengkap ini membuat iklim di Papua sangat
bervariasi, melebihi daerah Indonesia lainnya. Provinsi Papua Baratdengan luas
115.363,50 km² berada pada koordinat antara 0°-4° Lintang selatan dan 124°-132°
Garis Bujur Timur. Berada tepat di bawah gari khatulistiwa dengan ketinggian
0-100 meter dari permukaan laut. Sebelah utara Provinsi Papua berbatasan dengan
laut Pasifik, sebelah selatan berbatsan dengan Laut Banda dan Provinsi Maluku.
Sebelah barat berbatsan dengan Laut Seram dan Provinsi Maluku dan sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi Papua.
Provinsi Papua memliki luas 317.062 km² atau 17,04 persen
dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²). Provinsi ini merupakan provinsi dengan
wilayah terluas di Indonesia. Terletak antara 2°25ʾ-9° Lintang Selatan dan
130°-140° Bujur Timur. Pada bagian utara berbatasan dengan Samudra Pasifik, di
bagian selatan berbatasan dengan Laut Arafuru. Sebelah barat dan timur
berbatasan dengan negara Papua Nugini.
2.3 Mata Pencaharian Hidup
Secara umum mata pencaharian orang Papua
sehari-hari berasal dari berladang, berburu, berternak, menangkap ikan, dan
meramu sagu. Namun tak sedikit juga dari mereka yang bermata pencaharian dengan
berdagang, menjadi pegawai negeri sipil, menjadi karyawan perusahaan, dan
sebagainya.
2.4 Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia dibangun dari
keseluruhan sistem gagasan, kebiasaan atau tindakan, dan hasil katya manusia
baik secara turun menurun maupun alamiah yang terjadi dengan spontan. Begitulah
kebudayaan di tanah Papua. Karakteristik banguna ruma, cara memasak, tata cara
pesta adat, juga pandangan hidup serta hubungan antaara masyarakat di Papua
telah menyedot perhatian dunia.
Banyak kebudayaan di Papua yang bisa kita
lihat mulai dari aktivitas sehari-harinya yang banyak menggunakan acara adat,
rumah-rumah trodisional, seni pertunjukkan tradisional, pakaian, dan makanan
khas tanah Papua yang beraneka ragam.
2.4.1
Rumah
Tradisional Papua
Bentuk-bentuk rumah orang Papua jhas dab
beraneka agam. Ada yang bundar, rumah panggung, dan ada juga yang bertnegger di atas pohon. Bentuk
rumah disesuiakan dengan iklim lokal, flora, fauna, dan pola kehidupan setiap suku.
Rumah-rumah tersebut tak hanya dilihat dari
wujudnya, tapi juga dilihat dari hubungan antara prnghuni dan rumah. Apa yang
bisa diberikan rumah kepada penghuni dan apa yang bisa dilakukan penghuni
kepada rumah. Ini adalah beberapa cimtoh rumah tradisional Papua :
1.
Rumah
Honai
Rumah Suku Dani memiliki arsitektur yang
berfungsi menangkis hawa dingin dan tiupan angin kencang di Lembah Baliem.
Tinggi rumahnya rata-rata 2,5-5 meter dengan diameter 4-6 meter. Rumah ini
menampung 5-10 orang. Rumah Honai yang seperti batok kelapa itu mengikat tali
persaudaraan yang kuat, menunjukkan kesatuan hati, dan semangat menjaga satu
sama lain. Rumah yang menggambarkan simbol kepribadian dan martabat Suku Dani.
2.
Rumah Kariwari
Suku Tobati mendiami daerah pesisir teluk
Yotefa yang berada di Teluk Humboldt, Papua. Rumah-rumah mereka mereka dibangun
sejajar saling berhadapan. Rumah adat ini tidak mempunyai pembatas ruangan.
Selain untuk tempat penyelenggaraan pesta, rumah ini juga berfungsi untuk
inisiasi atau proses pendewasaan anak laki-laki dan tempat menyimpan benda
pusaka.
3.
Rumah
Jew
Rumah tempat penyelanggaraan upacara adat
Suku Asmat disebut Jew atau rumah bujang. Rumah Jew memiliki banyak pintu.
Jumlahnya sama dengan patung Bis, patung leluhur masing-masing rumpun suku, dan
tungku api. Suku Asmat percaya bahwa patung-patung ini akan menjaga mereka dari
pengaruh jahat.
2.4.2
Sistem
Kepercayaan
Orang-orang
Papua percaya bahwa alam memiliki penunggu yang memiliki sifat baik dan jahat.
Mereka juga percaya pada kekuatan roh leluhur (animisme). Kepercayaan yang kuat
terhadap kehadiran roh inilah yang membuat setiap suku mempercayai adanya
tempat kermat atau daerah larangan yang tidak bisa dikunjungi.
Seluruh sistem kepercayaan diwariskan secara
turun-temurun ke anak cucu. Lewat upacara adat persembahan, seni, perkawinan,
dan sebagainya. Kedatangan agama Kristen, Islam, Budha, dan Hindu di Papua yang
belakangan dibawa oleh pendatang memberikan pandanga n bebeda mengenai konsep
Sang Pencipta.
2.4.3
Suku-suku
Tanah Papua
Papua memiliki sekitar 250 suku dengan
kebuadayaan yang berbeda-beda. Ratusan suku itu hidup di kawasan terpenting di
dunia, Puncak Cartensz yang memiliki salju abadi. Di hutan belantara Pegunungan
Tengah yang menjadi paru-paru dunia, juga di segitiga terumbu karang dunia,
Raja Ampat. Mereka juga hidup di tengah kota yang penuh gemerlap cahaya atau di
desa. Ini adalah dua suku terbesar di tanah Papua.
1.
Suku
Dani
Suku Dani adalah
nama bagi sekelompok orang yang tinggal bersama di daerah bukit Baliem, Pulau
Papua. Namun orang Suku Dani sendiri lebih suka menyebut dirinya sebagai Suku
Parim. Kepercayaan Suku
Dani menganut konsep yang dinamakan Atou. Artinya adalah segala kesaktian yang
dipunya oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada kaum
lelaki.
Untuk
memberi penghormatan pada arwah leluhur, suku Dani menciptakan lambang untuk
mereka sendiri yang dinamakan dengan Kaneka. Fungsi Kaneka ini adalah dipakai
atau dimunculkan ketika sedang diselenggarakan upacara tradisi yang bersifat
keagamaan untuk membuat semua anggota masyarakat bisa sejahtera serta sebagai
simbol ketika akan memulai perang dan mengakhirinya.
Budaya suku Dani dalam menjalani hubungan antar
masyarakat menggunakan sistem yang terbagi dalam tiga jenis tingkat hubungan
kekeluargaan, yaitu :
1.
Hubungan kekeluargaan yang paling kecil.
Meliputi sebuah kumpulan yang terdiri dari dua sampai tiga keluarga yang secara
bersama-sama tinggal di sebuah komplek yang ditutup dengan pagar. Sistem ini
dinamakan ukul atau klan yang kecil.
2.
Hubungan antar suku Dani yang di dalamnya
terdapat beberapa kelompok ukul. Hubungan ini diberi nama ukul oak atau ukul
besar.
3.
Hubungan teritorial, yaitu kesatuan dari
teritorial paling kecil suku Dani. Merupakan gabungan dari ukul besar yang
diberi nama uma. Kelompok ini selalu
dipimpin oleh laki-laki.
Sistem Politik dan KemasyarakatanMasyarakat
Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong,
kehidupanmasyarakat Dani memiliki ciriciri sebagai berikut :
·
Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang
bersifat tetap dan selalu bergotong royong
·
Setiap
rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang
dipimpinoleh seorang penata adat atau kepala suku
Suku Dani memiliki semacam organisasi
yang diketuai oleh kepala suku. Kepala suku tersebut dipilih secara
turun-temurun dengan sebutan Ap Kain. Untuk menjalankan tugasnya, Ap Kain
dibantu oleh tiga kepala suku yang lain di bawah kedudukannya. Mereka ini
mendapat julukan Ap Menteg, Ap Horeg dan Ap Ubaik. Tugas mereka adalah mengurus
perawatan kebun dan binatang ternak babi. Selain itu juga menjadi penengah
sekaligus hakim ketika ada perselisihan antar suku Dani. Walaupun dipilih
secara keturunan seorang kepala suku di
Suku Dani harus mempunyai syarat-syarat tertentu agar dapat menajalankan
tugasnya dengan baik. Ada tiga sub bahasa di dalam Suku Dani :
1. Sub keluarga Wano
2. Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani Barat dan
logat lembah Besar Dugawa.
3. Sub keluarga Nggalik &
ndash; DugawaSelain itu juga bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia
dan bahasa Irian(secara umum)
Kesenian masyarakat suku Dani dapat
dilihat dari cara membangun tempat kediaman,seperti disebutkan di atas dalam
satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.Selain
membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman
kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga
memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan
tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege.
Sistem Ekonomi Nenek
moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu
proses perpindahan manusia yangsangat kuno dari daratan
Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.Kemungkinan pada waktu itu
masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu barumulai menanam tanaman
dalam jumlah yang sangat terbatas.
Inovasi
yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang
sangatsederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar,
seperti sekarang. Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam
dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk
dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berladang.
2.
Suku Asmat
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar
dan paling terkenal diantara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian
Jaya, Indonesia. Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah
hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas.
Beberapa ornamen atau motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama
dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk Suku Asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku
mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali
juga ditemui ornament atau motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang
mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di
alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih merupakan
sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah
para leluhurnya
Suku
asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan
pegunungan jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang
ditempati adalah hutan belantara, dalam
kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat
berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin.
Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa
sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi
mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang
khas,berkulit hitam dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata
tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162cm dan tinggi badan laki-laki
mencapai 172 cm. Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli Suku
Asmat, mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka
sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohondisekitar tempat hidup mereka dianggap
menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan
kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka.
Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan
sekitarnya,terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun berkebun,
yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup tradisional dan sederhana.
Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka
adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang
hasil buruan
Sistem Politik yang dilaksanakan di Suku Asmat yaitu dengan Struktur
Paruh Masyarakat Masyarakat. Asmat mengenal struktur paruh masyarakat (aipem)
agar dapat saling mengawasi dan saling bersaing untuk meningkatkan
kualitas masyarakat. Pemimpin Suku Asmat sederajat dengan warga lain tapi
harus lebih pandai & ahli dalam pekerjaan atau aktivitas sosial
tertentu.
Sistem Ekonomi Suku Asmat adalah meramu sagu dan berburu
binatang. Sedangakan Suku Asmat yang ada di pedalaman bermata pencaharian
perkebunan. Transaksi menggunakan sistem barter (tukar-menukar barang).
Adapun kesenian utama yang ada di Suku
Asmat adalah patung, topeng, tombak & penokak sagu yg dihiasdengan
warna putih, merah, dan hitam. Aneka gaya kesenian
Asmat berdasarkan bentuk & warna perhiasan MBIS & perisai itu di
klasifikasikan dalam 4 daerah:
·
Gaya seni Asmat hilir & hulu sungai yg mengalir kedalam Teluk
Flamingo dan arah Pantai Kaswarima.
·
Gaya seni Asmat barat laut.
·
Gaya seni Asmat timur laut.
·
Gaya seni Asmat daerah Sungai Brazza
Setiap gaya memiliki makna berbeda-beda sesuai dengan
keyakinan nenek moyangnya
Sistem Religi dan Kepercayaan Suku Asmat yakin bahwa mereka adalah
keturunan Dewa yg turun dari seberang laut, tempat matahari terbenam.
Berdasarkan metologi masyarakat yang berdiam
di Teluk Flamingo Dewa itu bernama “FUMERIPITIS”. Dewa tersebut membuat rumah YEW, mengukir dua
patung indah, membuat gendering yang kuat bunyinya untuk menari tanpa
henti yang mempunyai kekuatan sakti yang dapat menghidupkan, patung
tersebut menjadi pasangan manusia pertama yaitu nenek moyang masyarakat
Asmat. Tempat tinggal roh terbagi menjadi 2, yaitu :
1. YI-OW adalah roh nenek
moyang yg bersifat baik terutama padaketurunannya. Roh YI-OW menjaga
hutan-hutan, sagu, danau, sungai.
2. OSBOPAN adalah roh-roh
jahat yg membawa penyakit dan bencana.Beberapa upacara yg berhubungan dengan
penghormatan roh nenek moyang :
·
MBISMBU adalah upacara pembuatan MBIS (patung nenek moyang
ygdibunuh.)
·
YENTPOKMBU adalah upacara pembuatan dan pengukuhan rumahYEW.
·
TSYMBU adalah upacara dan pengukuhan perahu lesung.
·
YAMASY POKUMBU adalah upacara perisai.
·
MBIPOK KUMBU adalah upacara topeng .
Sistem Kekerabatan dan Keluarga bersifat monogami (pernikahan satu
pasangan). Kadang-kadang bersifat poligini (banyak istri). Mereka tinggal
bersama dalam rumah panggung kecil berukuran 3m x 5m x 4m yg dinamakan Tsysem.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari
tulisan ini adlah banyaknya ragam budaya di Indonesia terlebih di tanah Papua
yang belum kita ketahui seutuhnya. Masih banyak kekayaan alam, budaya, dan
lain-lain di tanah Papua yang dapat diangakat dan diperkenalkan kepada dunia.
Dari
kebudayaan-kebudayaan tersebut kita juga dapat mengambil beberapa poin penting
untuk kita jalani dikehidupan sehari-hari kita. Ada pepatah yang mengatakan
“tak kenal maka tak saying” maka dari itu kita harus mengenal lebih dalam
kebudayaan di Indonesia agar dapat memeliharanya dengan baik.
3.2
Saran
·
Kenali
budaya Indonesia lebih baik agar dapat menjaganya lebih baik pula
·
Kembangkan
potensi diri agar dapat berpartisipasi dalam memperkenalkan budaya-budaya
Indonesia
·
Ambillah
pelajaran yang baik-baik dari kebudayaan-kebudayaan tersebut agar kita makin
cinta dengan kebudayaan bangsa kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar